Respon Walikota Bitung Terhadap Insiden Di Festival HAM Kota Bitung 2024

Bitung, Jelajahberita.com – Walikota Bitung, Maurits Mantiri, menunjukkan sikap yang tenang dan responsif dalam menghadapi insiden yang terjadi selama pelaksanaan Festival HAM Kota Bitung 2024, beberapa hari lalu. Ini penjelasan Pak Walikota Bitung, saat ditemui awak media, Jumat (2/8/2024).

Tak anti kritiknya Walikota Bitung dalam pelaksanaan Festival HAM Kota Bitung 2024 beberapa waktu lalu, ini dibuktikan dengan pembawaan yang tenang ketika ada ASN yang nota bene bawahannya menyela saat Walikota bicara di depan Ratusan Peserta Festival HAM, guna menanyakan Tunjangan Hari Raya serta TPP miliknya di depan pimpinan Komnas Ham, Kantor Sekretariat Presiden serta Infid.

Bacaan Lainnya

“Iya, Saya jawab dulu pertanyaan yang sudah ada ya” kata Walikota.

Buntut upaya instrupsi yang dilakukan ASN yang diketahui bernama HK alias Evi yang bekerja di Badan Pendapatan Daerah mendapatkan kecaman dari rekan seprofesinya.

“Asn seperti ini sudah lancang dan sangat memalukan bagi kami ASN kota Bitung, harusnya hal ini dapat disampaikan pada saat rapat ASN dan kalau hal ini dibiarkan akan sangat berpengaruh pada karakter ASN Indonesia,” ungkap Willy salah satu ASN.

Namun begitu diapun mengakui jika dia sendiri berharap akan anggaran itu namun, dirinya sadar akan ada waktu dan moment yang tepat.

Jubir Pemkot Bitung Albert Pelenkahu, saat dikonfirmasi soal etika ASN tersebut mengatakan jika acaranya sudah dimulai sejak pukul 13.30 siang, yang didahului dengan Materi pengantar tentang isu yang akan dibahas, agar semuanya mempunyai dasar yang kuat sebelum berdiskusi.

Kemudian peserta dibagi menjadi 5 Grup yang masing-masing Grup diskusi membahas isu Ham. Grup A mendapatkan Judul Diskusi Bisnis dan Ham di Sektor Perikanan dan Kelautan, Grup B mendapatkan judul diskusi Perlindungan dan Pemenuhan HAM di Kelompok Minoritas Bitung, Grup C dengan materi diskusi Perlindungan dan Pemenuhan HAM Perempuan dan Anak Kota Bitung. Grup D Materinya adalah Memperkuat Demokrasi Substansif Perlindungan Pejuang Ham dan Lingkungan dan materi terakhir adalah Menghentikan Laju Konflik Agraria, dan perlindungan Ruang Hidup Rakyat.

Usai berdiskusi lahirlah penetapan isu per grup yang kemudian setiap isu akan diplenokan sekaligus mendapatkan keterangan dari Kepala Daerah dalam sidang Pleno.Tapi oknum ASN ini, menurut Pelenkahu datang terlambat, dan berteriak dan memotong penjelasan Walikota di depan forum.

“Seharusnya jika memiliki aspirasi oknum ASN tersebut gabung dengan Kelompok yang membahas masalah yang telah ditetapkan dengan mengikuti mekanisme yang dibangun panitia pusat, agar tatap muka dialogis itu melahirkan rekomendasi yang proposional dengan nilai-nilai HAM karena nantinya diadopsi pemangku kepentingan di Indonesia,” kata Pelenkahu.

Dilanjutkan Assisten 1, tapi dengan kejadian ini, membuat forum dialogis yang responsif serta terhormat itu terasa seperti mimbar jalanan yang tak punya arah.

“Nanti dikira kwalitas ASN Bitung seperti itu,” jelasnya seraya mengatakan jika tindakan itu bukan atas nama seluruh ASN Bitung.

“Namun kita ketahui bersama Walikota sendiri justru memangil yang bersangkutan untuk duduk didepan karena forum sudah berteriak teriak, minta walikota melanjutkan penjelasan awalnya sebelum ASN itu berteriak,” kata Jubir Pemkot itu.

Pelengkahu pun berpikir jika ada motivasi lain dalam tindakan Oknum ASN tersebut, karena usai pleno telah beredar video Pendek dirinya teriak minta penjelasan pak Waikota di dalam forum.

“Saya menduga jika Video yang beredar itu direkam sendiri oleh oknum kemudian dibagikan, padahal pleno juga sudah direkam lewat zoom,” katanya.

Sementara itu Walikota Bitung, Ir. Maurits Mantiri yang ditemui usai mengikuti pleno tersebut hanya tersenyum dan menyampaikan jika hal itu adalah dinamika, “Bagaimanapun yang bersangkutan adalah staf saya dan itu menjadi tanggung jawab saya,” kata Mantiri seraya berjabat tangan dengan para peserta.

(Vera)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *